Rumput laut yang mengalami penurunan harga jual mulai Juni 2023, hingga saat ini masih belum kembali normal. Kondisi turunnya harga jual rumput laut ini menimbulkan berbagai pertanyaan dan spekulasi di kalangan petani rumput laut, mulai dari dugaan kualitas produksi yang rendah hingga membanjirnya produksi rumput laut.
Salah seorang pengusaha rumput laut, Kamaruddin, menepis isu tersebut, jika kualitas rumput laut Nunukan dan Tarakanlah yang menjadi patokan untuk daerah lain bahkan provinsi lain.
“Di Kabupaten Nunukanlah diambil patokan harga jual untuk rumput laut, kalau banjir, kenapa rumput laut habis terus terjual?” ungkapnya dengan nada gusar, Kamis (21/3/2024).
Kamaruddin menduga penyebab anjloknya harga rumput laut karena sistem penegoan. Ia menyebutkan bahwa sistem lelang tidak bisa diterapkan karena petani Nunukan tidak bisa menahan barang.
“Kekalahan kemampuan kita adalah kita tidak bisa bisa menahan barang, jadi berapapun yang diminta, itulah yang kita lakukan, kita diminta 10 ribu, kita mau tahan 15 ribu tidak bisa, soalnya menumpuk sudah barang di sini tidak laku-laku,” kata Kamaruddin.
Menurut Kamaruddin, solusi yang bisa ditempuh saat ini adalah dengan meningkatkan kadar dari rumput laut tersebut, yang sekarang berada di kadar umum untuk dinaikkan ke kadar standar, atau bisa dinaikkan lagi ke ekspor. Ia berharap adanya tindak lanjut atas usulan-usulan mengenai dibangunnya pabrik rumput laut di Kaltara.
Kamaruddin juga menjelaskan bahwa Pemerintah Kabupaten Nunukan dan Provinsi Kaltara, bahkan pusat tidak tinggal diam dalam situasi ini dan terus mengusahakan solusi untuk petani rumput laut Nunukan.