Seatech mendukung penerapan ekonomi biru yang berkelanjutan dan melindungi ekosistem laut di Indonesia.
Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki potensi sumber daya laut yang cukup besar. Untuk memaksimalkan potensi tersebut, penerapan ekonomi biru menjadi sebuah urgensi agar pemanfaatan sumber daya laut dapat berjalan secara berkelanjutan. Seatech Seaweed Farming, perusahaan yang bergerak di bidang budidaya rumput laut, berupaya mendukung penerapan ekonomi biru dalam bisnisnya.
A. Potensi Ekonomi Biru
Menurut Bank Dunia, ekonomi biru (blue economy) adalah penggunaan sumber daya laut secara berkelanjutan untuk pertumbuhan ekonomi, peningkatan penghidupan, dan lapangan kerja sambil menjaga kesehatan ekosistem laut.
Di Indonesia, kerangka ekonomi biru tertuang dalam Visi Ekonomi Biru Indonesia di antaranya:
1. Melestarikan lingkungan laut untuk mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
2. Mendorong kontribusi PDB di sektor maritim.
3. Mendorong terciptanya lapangan kerja di sektor maritim.
Potensi ekonomi biru di Indonesia sangat besar di mana sekitar 62 persen luas wilayah Indonesia adalah laut dan perairan. Menurut pemerintah, sejumlah komoditas laut yang dapat dimaksimalkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dalam negeri di antaranya hasil tangkapan ikan, garam laut, hingga rumput laut.
B. Seatech Seaweed Farming
Seatech adalah sebuah perusahaan Belanda yang bergerak di bidang budidaya rumput laut dengan pemanfaatan teknologi. Di Indonesia, Seatech beroperasi di Takalar, Sulawesi Selatan, sejak akhir 2019. Pada awal perjalanannya, perusahaan ini didukung oleh Blue Natural Capital Financing Facility (BNCFF) dari The International Union for Conservation of Nature (IUCN). Operasional Seatech di Takalar mampu menyerap 500 pekerja lokal, di mana 50 persen di antaranya adalah perempuan.
Seatech membudidayakan rumput laut liar Asparagopsis di lahan seluas 350 hektare. Rumput laut yang dihasilkan akan digunakan sebagai tambahan pakan ternak, yang diklaim dapat menurunkan emisi metana dari sektor peternakan dan membantu mengurangi emisi pertanian lokal secara tidak langsung.
C. Teknologi Rumput Laut untuk Ekonomi Biru
Seatech menggunakan desain teknologi yang disebut ORCA-SP™ dan Anaerobic Sequential Up-flow Reactor (ASUR™). Dua teknologi ini memungkinkan pertanian dan pengelolaan hasil rumput laut lebih maksimal untuk menghasilkan energi alternatif seperti biogas metana. Teknologi budidaya rumput laut ini juga dapat beroperasi di perairan dalam, memproses sampah organik dalam jumlah besar, hingga menurunkan kebutuhan tempat untuk penanaman rumput laut.
ORCA-SP™ dan ASUR™ juga diklaim dapat meregenerasi kualitas air laut sehingga mendukung pemulihan terumbu karang dan lingkungan yang lebih sehat bagi biota laut. Selain itu, penggunaan teknologi Seatech memungkinkan peningkatan hasil panen hingga 20 kali lipat dan mengurangi prevalensi hama rumput laut.
“Kami sedang mengembangkan beberapa budidaya untuk spesies rumput laut berbeda yang akan dimanfaatkan untuk alternatif protein nabati, pakan ternak, serat, hidrokoloid, dan bioplastik. Kami juga berencana untuk mengubah limbah rumput laut menjadi biogas,.” kata Direktur Seatech, Jeroen Langelaan.
Langkah Seatech dapat menjadi percontohan penerapan ekonomi biru yang mengedepankan prinsip konservasi dipadukan dengan pemanfaatan teknologi. Saat ini, tantangan penerapan ekonomi biru di Indonesia adalah sebagian besar masih mengandalkan kearifan lokal dan masih dijalankan secara tradisional. Seperti pengelolaan sumber daya perikanan berbasis masyarakat adat dan upaya konservasi berbasis komunitas masyarakat.
Penggunaan teknologi secara tepat dan berkelanjutan dapat membantu meningkatkan skala ekonomi dari potensi laut yang ada seperti yang dilakukan Seatech. Untuk itu, perlu adanya dukungan kebijakan dan insentif yang bisa mendorong pertumbuhan perusahaan teknologi berbasis lingkungan, sosial dan tata kelola (ESG) dalam mendukung bisnis kelautan yang bertanggung jawab dan selaras dengan tujuan pembangunan berkelanjutan.