
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tidak menginginkan pelaku usaha Indonesia hanya mengekspor rumput laut mentah sehingga didorong berbagai pelatihan berbasis daring bagi UMKM yang ada di berbagai daerah.
Kepala Badan Riset dan SDM KKP, Sjarief Widjaja dalam menyatakan KKP ingin mendorong pengolahan rumput laut menjadi beraneka ragam produk bernilai tambah dan bernilai jual tinggi.
"Kita ingin mendorong pengolahan rumput laut di dalam negeri, sehingga manfaat ekonomi yang dirasakan langsung masyarakat dan pembudidaya rumput laut dapat dimaksimalkan," ucap Sjarief Widjaja seperti dilansir Antara, Kamis, 11 Juni 2020..
Untuk itu, KKP juga telah menyelenggarakan berbagai pelatihan daring seperti "Pelatihan Pembuatan Es Krim Rumput Laut" yang diikuti 1.871 peserta dari 34 provinsi.
Ia memaparkan, es krim rumput laut ini merupakan salah satu variasi pengolahan rumput laut yang dapat dilakukan.
Namun, lanjutnya, sebelum mengolah rumput laut, peserta maupun pembudidaya harus mengenali tipe-tipe rumput laut yang akan digunakan sebagai bahan baku, berikut perlakuan khusus untuk masing-masing tipe.
"Pembudidaya harus dapat mengetahui krakteristik bahan baku yang akan digunakan, lalu melakukan treatment yang tepat saat praproduksi. Bersihkan rumput laut dan pastikan tingkat air di dalamnya menjadi rendah. Prinsip dasarnya, rumput laut diolah menjadi tepung yang nantinya dapat digunakan menjadi bahan baku alternatif dalam hampir semua aspek kehidupan," papar Sjarief.
Pihaknya pun berharap, melalui pelatihan ini dapat tercipta pengusaha-pengusaha baru yang dapat mengolah rumput laut menjadi es krim bernilai jual tinggi.
Ia mengingatkan bahwa rumput laut adalah salah satu produk unggulan Indonesia. Pada 2019 tercatat nilai ekspor rumput laut Indonesia mencapai USD324,84 juta atau tumbuh 11,31 persen dibandingkan 2018 yang sebesar USD291,83 juta. Dalam kurun waktu 2014-2019, rata-rata ekspor rumput laut nasional juga tercatat tumbuh 6,5 persen per tahun.
Sebelumnya, KKP juga telah mengungkap sejumlah strategi yang disiapkan dalam rangka percepatan industrialisasi rumput laut, guna meningkatkan nilai tambah dan kontribusi komoditas tersebut terhadap ekspor nasional.
"KKP telah menyiapkan berbagai strategi percepatan peningkatan produksi rumput laut, di antaranya melalui penyediaan bibit rumput laut kultur jaringan yang diproduksi oleh UPT DJPB (Ditjen Perikanan Budidaya) di antaranya di Lampung, Jepara, Situbondo, Takalar, Lombok, Ambon," kata Dirjen Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto.
Menurut Slamet, penggunaan rumput laut kultur jaringan memberikan hasil yang lebih baik di mana laju pertumbuhan rumput laut kultur jaringan sebesar 11,5 persen, sementara yang biasa hanya 7,5 persen.
Selain itu, ujar dia, rumput laut kultur jaringan juga memiliki kandungan karaginan yang lebih tinggi yaitu 40 persen, sedangkan kandungan karaginan rumput laut nonkultur jaringan hanya 34 persen.
Slamet juga menambahkan bahwa selain menggenjot produksi dengan penggunaaan rumput laut kultur jaringan, para pembudidaya diharapkan mengikuti petunjuk dari dinas, para penyuluh dan juga UPT DJPB dalam melakukan teknik budidaya.