Pada Sabtu, 31 Agustus 2024, Tim Jasuda menyelenggarakan pertemuan dengan para petani rumput laut di Kabupaten Takalar. Pertemuan ini bertujuan untuk memperkuat kolaborasi usaha dan mencari solusi dalam pengembangan budidaya rumput laut yang semakin menantang.
Para petani berbagi pengalaman dan tantangan yang mereka hadapi selama musim tanam tahun ini. Isu utama yang diangkat adalah tingginya harga bibit rumput laut jenis cottonii, yang berkisar antara Rp 6.000 hingga Rp 7.000 per kilogram. Di sisi lain, harga rumput laut kering di tingkat petani hanya mencapai Rp 11.000 hingga Rp 14.000 per kilogram. Kami merasa sangat tertekan, ujar seorang petani. "Biaya bibit tinggi, tapi harga jual rendah. Hasil panen kami berkurang"
Selain itu, para petani juga mengeluhkan kondisi alam yang kurang mendukung, seperti cuaca ekstrem yang panas dan minimnya curah hujan, yang menghambat pertumbuhan rumput laut dan meningkatkan risiko penyakit. Beberapa petani bahkan terpaksa menaikkan tali bentangan mereka untuk menghindari kegagalan panen.
Meski tantangan tersebut membuat banyak petani berjuang keras, beberapa di antaranya tetap optimis. Dg Tayang, salah satu petani setempat, terus menanam rumput laut dengan strategi memindahkan lokasi tanamnya sesuai perubahan musim. Ini adalah mata pencaharian kami, jadi kami harus terus menyesuaikan diri, ujarnya.
Tim Jasuda memberikan saran kepada petani untuk memanfaatkan lokasi dangkal di dekat muara sungai saat musim kemarau, dan memindahkan budidaya ke lokasi yang lebih dalam saat musim hujan tiba. Harapannya, dengan strategi ini, hasil panen akan meningkat saat kondisi cuaca kembali mendukung.
Para petani berharap besar ketika musim hujan tiba, pertumbuhan rumput laut bisa lebih baik dari sebelumnya.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai budidaya rumput laut, kunjungi kami di: www.jasuda.net dan www.gudang.jasuda.net
Instagram : @jasuda_seaweed, @posko_jasuda & @posko_ukmjasuda
Facebook : Jaringan Sumber Daya, Posko Jasuda & Posko Ukm Jasuda