Petani budidaya rumput laut di desa Lembongan, Pulau Nusa Lembongan, Klungkung kini dibuat ketar ketir.
Selain harga jual yang kian menurun, luas area lahan yang ditanami rumput lain juga sudah mulai berkurang. Hal itu dikarenakan, adanya faktor kerusakan alam dan juga mulai hilangnya generasi muda yang mau menekuni bertani rumput laut.
Pande Nyoman Rajin yang sudah puluhan tahun menekuni budidaya rumput laut mengatakan, di tahun 2023 lalu luas area potensial yang bisa ditanami rumput laut yang dimiliki kelompok budidayanya seluas 308 hektare. Sedangkan luas existing budidaya di tahun 2023 seluas 38,4 hektare.
”Luas lokasi sekian hektare. Sekarang berkurang. Kemungkinan sekali disebabkan kondisi alam dan ada pengerukan di jembatan, akhirnya kalau kering dominan tidak tumbuh dia (rumput laut),” katanya saat ditemui di lokasi budidaya rumput laut di desa Lembongan, Klungkung, beberapa hari lalu.
Harga jual yang murah, menjadi kekhawatiran para petani budidaya rumput. Selain itu, generasi muda sudah mulai enggan menjadi petani rumput laut, karena dianggap hasilnya tak bisa menopang kebutuhan mereka. ”Anak-anak muda meninggalkannya dan mencari pekerjaan lain,” tambahnya.
Pande mengaku, dirinya tak punya pilihan lain. Dia bersama sang istri terus menekuni dunia budidaya rumput laut untuk tetap bertahan hidup, meski hasilnya tak seberapa. ”Saya sudah tua terpaksa saya terus kerja jadi petani rumput laut,” ujarnya.
Sementara itu, petani lainnya yakni Made Soka mengaku, tetap bertahan menjadi petani rumput laut puluhan tahun. Dia mengatakan, tak punya pilihan pekerjaan lain lagi, meski harga jual rumput laut yang kering dan basah sudah jauh turun. Di musim panen, dirinya, bisa memanen hingga 500 kg.