
Makassar - Kemitraan Riset Australia-Indonesia (PAIR) dan Queensland University (UQ) difasilitasi oleh Institut Pertanian Bogor (IPB) bekerjasama dengan PT. Jaringan Sumber Daya (JaSuDa) melakukan rangkaian diskusi kelompok fokus / terarah untuk group model building mengenai peningkatan berkelanjutan industri rumput laut di Sulawesi Selatan.
Kegiatan dilaksanakan melalui zoom meeting, dan dibagi menjadi 3 sesi dan 3 group. Kegiatan melibatkan para pemangku kepentingan yaitu petani sebagai group pertama, pedagang, pengolah, eksportir sebagai group kedua dan pemerintah sebagai group ketiga. Pemangku kepentingan ini berasal dari Takalar, Bantaeng, Luwu dan Makassar.
Sesi pertama FGD online dilaksanakan pada Rabu, 23 Juli 2022 lalu pada pukul 09.00 - 12.00 WITA dan dihadiri oleh 10 orang petani diantaranya M. Aswad Dg Rangka, Masnur, Nuridah, Syarifuddin, Bakri Baharuddin, Abdul Kadir Dg Nagga, Ihsan Yahya, Irma Syuryani, Nurtina dan Sudirman. Kegiatan diawali dengan pengenalan JaSuDa oleh Boedi Sarjana Julianto selaku Managing Direktur dan dilanjutkan sambutan dan pengenalan Tim Peneliti IPB dan UQ oleh Yanti Nuraeni Muflikh selaku Ketua Peneliti IPB University.
FGD group pertama fokus pada isu utama rantai nilai rumput laut, isu terkait penyediaan input/budidaya/ pemasaran / kebijakan pemerintah dan isu spesifik lainnya, isu peran perempuan, dan isu zonasi lahan dan lingkungan. Diskusi secara intensif dibagi menjadi dua breakout room yang difasilitatori oleh Yanti Nuraeni Muflikh dan Boedi Sardjana Julianto.
Pada breakout room, setiap petani diberikan ruang untuk menyampaikan secara detail dan mendalam pemahamannya mengenai isu yang menjadi topik diskusi. Isu lainnya yang juga menjadi topik diskusi adalah rantai nilai rumput laut yang dihadapi petani selama di lapangan. Isu utama dapat mencakup aspek ekonomi, sosial, lingkungan hingga kebijakan pemerintah yang nantinya dikelompokkan dalam masalah, penyebab dan dampak serta menuangkannya dalam bentuk hubungan sebab-akibat.
Setelah diskusi dilangsungkan, seluruh peserta kembali ke room utama guna penyamaan presepsi, pengambilan kesimpulan dan rencana tindak lanjut. Ada banyak input yang diberikan oleh para petani, mulai dari tingkat produksi, kualitas dan kuantitas, cuaca dan iklim, fluktuasi harga, hama dan penyakit, pengadaan bibit unggul, limbah plastik, permodalan hingga kriminalitas di lingkungan petani.
Masukan dari para petani selanjutnya akan dirangkum dan direview yang kemudian menjadi topik fokus diskusi (FGD) yang dilaksanakan secara offline. Sesi offline akan diikuti juga oleh pedagang, pengolah, eksportir dan pemerintah terkait. Selanjutnya, para pemangku kepentingan dari ketiga sesi akan diundang pada kegiatan offline pada bulan Agustus mendatang.