
Produksi rumput laut di Nunukan begitu melimpah. Berdasarkan data, pembudidaya rumput laut Nunukan mampu menghasilkan ribuan ton rumput laut dalam sebulan. Namun, disisi lain, dari budi daya rumput laut juga menghasilkan sampah plastik. Sebab, untuk mengapungkan tali rumput laut umumnya pembudidaya menggunakan bekas botol kemasan minuman.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Nunukan Suhadi menyampaikan rumput Laut yang menjadi komoditi unggulan Nunukan memiliki magnet tersendiri. Ditengah produksi rumput laut yang semakin meningkat ada dampak lain yang juga harus diperhatikan seperti sampah plastik.
“Rata-rata untuk pelampung rumput laut menggunakan botol bekas minuman mineral. Ini dipakai hanya dua kali waktu panen. Setelah itu tidak digunakan lagi,” ucap Suhadi kepada Radar Tarakan, Sabtu (1/4).
Dijelaskan, langkah alternatif penggunaan pelampung dari bekas botol air kemasan telah dilakukan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Dengan harapan penggunaan botol sebagai pelampung dapat diminimalisir.
Sebab, pelampung dari botol bekas minuman kemasan yang digunakan hanya dua kali masa panen. Artinya, setelah itu botol tidak digunakan lagi. Sehingga, akan menumpuk menjadi sampah plastik di wilayah pesisir.
“Bantuan KKP untuk pelampung yang digunakan durasi lebih lama. Sementara, sejauh ini rerata menggunakan botol mineral bekas yang durasi penggunaannya dua kali. Sehingga sampah menumpuk itu luar biasa,” jelasnya.