
Kupang - Ratusan petani di Pantai Tablolong, Desa Tablolong, Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), gagal memanen rumput laut. Paslanya, rumput laut yang mereka tanam rusak akibat gelombang tinggi.
"Kami semua sekitar 100 orang yang budi daya rumput laut semuanya rusak total," ujar salah satu warga RT 04, Dusun 02, Desa Tablolong, Porkias Toepoe, Rabu (5/2/2025).
Porkias mengungkapkan gelombang tinggi di perairan Tablolong sudah terjadi sejak Senin (3/2/2025) subuh. Namun, puncak gelombang tinggi hingga air laut masuk dan merendam rumah warga terjadi pada Selasa (4/2/2025) sore.
"Memang sempat terjadi angin kencang dan hujan, tetapi sesaat saja. Sekitar 5 menit saja baru terjadi gelombang tinggi," ungkap Porkias.
Pria berusia 63 tahun itu belum bisa merincikan jumlah luasan rumput laut yang rusak hingga kerugiannya. Sebab, luasan milik masing-masing petani jumlahnya berbeda-beda. Khusus milik Porkias, itu awalnya memiliki panjang 67 depa, tetapi saat ini cuman 49 depa saja.
"Kami waktu itu kerjanya sangat berat dan pakai tali panjang untuk membudidaya rumput laut ini," jelas Porkias.
Menurut Porkias, masa panen rumput lautnya biasanya 45 hari dengan rata-rata 300-500 kilogram (kg) dan harga jual per kilogram berkisar Rp 18 ribu. Harga awalnya pada 2024 hanya Rp 16 ribu per kilogram.
"Kalau hasilnya betul-betul bagus, biasanya setiap kali panen tembus 500 kg, tetapi kadang cuman 300 kg saja," terang Porkias.
Dia berharap agar pemerintah bisa memberikan modal usaha agar bisa melanjutkan budi daya rumput laut. Sebab, warga yang terdampak kesulitan modal untuk membeli bibit rumput laut yang saat ini per kilogram mencapai Rp 70.000.
"Harapan kami semoga pemerintah bisa memperhatikan kami dengan menyediakan modal usaha karena cuaca ekstrem ini yang merusak hasil budi daya kami," imbuh Porkias.
Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kupang, Semmy Tinenti, mengungkapkan kejadian yang sebenarnya adalah gelombang pasang, bukan banjir rob.
"Tentunya berdasarkan laporan dari teman-teman di BMKG, kejadian itu adalah gelombang pasang ya," kata Semmy.
BPBD dan Dinas Sosial Kabupaten Kupang, jelas Semmy, sudah mendirikan dapur umum bagi warga yang terdampak. Sembako juga sudah diturunkan untuk didistribusikan.
"Semua kebutuhan warga terdampak kami sudah tangani dengan baik. Dapur umum juga melayani makan dan minum sebanyak tiga kali dalam sehari," jelas Semmy.