Untitled Document
Kamis , 11 September 2025 | L O G I N |    
  home kami produk jasa berita infoharga komunitas galery transaksi  
Untitled Document
   
M e d i a  
Berita
Litbang
Publikasi
Terminal JaSuDa
Amarta Project
Port Data
 
   
 
 
 
Berita / Litbang
 
 
 
Setelah Pernah Gagal, Kembali Menggantung Asa pada Budidaya Rumput Laut di Pulau Roon
Senin, 01 Sep 2025 - Sumber: https://mongabay.co.id/ - Terbaca 108 x - Baca: 11 Sep 2025
 
1. Warga Distrik Roon, Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat, mulai membudidayakan rumput laut jenis katoni (Eucheuma cottonii) sebagai alternatif ekonomi biru

2. Budidaya rumput laut pernah gagal pada 2017–2018 karena ketiadaan pasar. Kini, dengan fasilitasi LMMA Indonesia, program ini hadir dengan pendampingan bibit, pelatihan, hingga menjembatani penjualan ke pembeli di Biak dan lintas pulau.

3. Selain bernilai jual, rumput laut berperan menjaga ekosistem laut, menyerap logam berat, serta mendukung strategi blue economy. Warga pun terdorong menjaga laut tetap bersih dari sampah dan polusi.

4. Dengan harga pasar yang fluktuatif tapi tetap menjanjikan, rumput laut diyakini bisa menciptakan stabilitas ekonomi rumah tangga bagi warga pesisir.

Alex Raimon Akwan (40), warga Kampung Niap (Niab) di Pulau Roon, Distrik Roon, Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat ini tampak memperhatikan dengan tekun. Siang itu dia menyimak cara mengaitkan potongan rumput laut di tali nilon pendek. Dia juga turut memotong-motong tali dan turut mengaitkan bibit rumput laut yang tersedia.

Beberapa orang lain pun tampak sibuk membuat simpul-simpul yang mengaitkan tali kecil ke tali utama (long line). Tali utama, –yang juga disebut tali induk itu, memanjang 50 meter. Di tiap 30 cm, dibuat tautan tali pendek, fungsinya untuk mengikat potongan batang-batang rumput laut dan pelampung plastik yang terbuat dari plastik bekas air mineral.

Siang itu mereka menancapkan kayu dan membentangkan 5 tali utama untuk dipasang di perairan padang lamun yang berada di depan kampung.

Tempat itu dipilih karena berdasarkan pengamatan yang dilakukan, area pasang surutnya cocok untuk membudidayakan rumput laut. “Semoga rumput laut yang ditanam ini dapat berkembang di Niap,” ucapnya penuh asa (15/08/2025).

Hal serupa juga diungkap oleh Michael Sayori (43), seorang nelayan asal Niap. Dia berharap rumput laut bisa jadi solusi ekonomi keluarganya. Bulan Januari 2025 lalu, dia mengalami kelumpuhan di kakinya akibat menyelam menggunakan kompresor.

“Saya penyelam tradisional pakai kompresor, waktu itu cari teripang di kedalaman 50 m. Ketika sudah sampai di rumah, saya tiba-tiba merasakan kaki tidak bisa bergerak, nafas juga sesak,” ucapnya.

Gejala itu umum terjadi pada penyelam tradisional yang menggunakan kompresor, disebut sebagai penyakit dekompresi (Decompression sickness/DCS). Terjadi karena keracunan gas yang terhirup dari buangan mesin kompresor yang tercemar serta menumpuknya gas nitrogen pada tubuh dalam bentuk gelembung saat terjadi perubahan tekanan.

Untungnya Michael segera mendapat perawatan medis dan masih dapat menghindarkan kelumpuhan permanen. Dengan adanya budidaya rumput laut, dia berharapa dapat mengangkat ekonominya jadi lebih baik.

Program budidaya rumput laut alga merah jenis katoni (Eucheuma Cottonii) yang diadakan di kampung Niap sendiri dilakukan oleh LMMA Indonesia (Locally Managed Marine Area) sebuah lembaga nirlaba asal Biak.

“Lewat dukungan SOMACORE, kami melakukan program ini sebagai jawaban untuk pengembangan ekonomi masyarakat di pesisir. Memadukan antara peningkatan ekonomi dengan aspek-aspek ekonomi berkelanjutan,” tutur Ramses Koibur (48), Koordinator Focal Area Teluk Wondama LMMA memberi penjelasan.

Sebelumnya LMMA telah melakukan penilaian lokasi di beberapa kampung yang ada di Pulau Roon, termasuk Yende, Mena, Niap, Syabes dan Aisandami. Khusus, kampung terakhir terletak di semenanjung Wondama.

“Rumput laut itu punya potensi pasar potensial, dia bisa menembus pasar tidak saja lokal, tetapi juga internasional,” sebut Ramses.

Solusi Pengembangan Ekonomi Lokal
Ramses optimis bahwa budidaya rumput laut adalah solusi untuk pengembangan ekonomi lokal di Pulau Roon. Menurutnya wilayah pulau yang berkontur curam tajam dan berbukit tidak memungkinkan warga leluasa untuk melakukan budidaya tanaman di darat.

“Solusinya mengembangkan budidaya di perairan.” Dia sebut, wilayah perairan Pulau Roon sangat ideal dan punya potensi tinggi. “Perairan teluknya tenang, laut tidak tercemar, dan kaya nutrien membuat cocok untuk budidaya rumput laut,” ungkapnya.

Sebenarnya di tahun 2017-2018, budidaya rumput laut katoni pernah diupayakan oleh Dinas Perikanan setempat bersama mitra kerjanya. Lima puluh hari pertama setelah uji coba hasilnya memuaskan. Rumput laut yang warga kembangkan tumbuh subur di perairan Syabes, Mena dan Yende.

Namun masalahnya, waktu itu hasil rumput laut tidak ada ada pembelinya. Walhasil, rumput laut yang ditanam pun jadi sia-sia. Warga ramai-ramai membuang rumput laut itu.

Hal itu diucapkan oleh Stevanus Betay, mantan Sekretaris Kampung Syabes. Dia bersama beberapa anggota keluarganya ikut program penanaman dan turut menanam rumput laut saat itu.

“Hasil rumput laut kami buang ke laut. Tidak ada yang beli,” akunya (18/08/2025).

Sementara beberapa orang tidak mau lagi tanam rumput laut, sebagian masih bersemangat untuk mencoba. Itu yang jadi penekanan dalam program pelatihan kali ini.

“Saat melakukan sosialisasi, kami coba yakinkan kembali masyarakat tentang potensi pasar rumput laut. Kami paham, masih ada sebagian warga yang trauma dengan masa lalu. Warga yang masih punya semangat kami ajak kumpul, ajak pelatihan. Kami beri bantuan bibit untuk mereka,” jelas Ramses.

Ramses bilang, untuk saat ini LMMA berkomitmen untuk mendampingi penjualan rumput laut bagi warga. Sudah ada pembeli rumput laut di Biak yang siap untuk menampung hasil panen, sebutnya.

“Nanti kami dampingi warga untuk jual rumput laut. Untuk selanjutnya, setelah berjalan nanti mereka dapat berkomunikasi langsung dengan buyer.”

Dengan adanya kapal-kapal reguler yang melayani kota-kota seperti Manokwari, Nabire, Wasior, Serui hingga Biak, maka penjualan rumput laut lintas pulau menjadi sangat memungkinkan.

Hasil produksi rumput laut pun jika telah dikeringkan dapat disimpan sebagai stok barang jual selama berminggu-minggu, selama penanganan pasca produksinya dilakukan dengan baik.

Bibit yang dibawa Ramses berasal dari Serui. Totalnya ada 250 kg rumput laut katoni usia 25 hari yang dia bawa. Perlu perjalanan 11 jam dengan perahu motor lintas pulau membawa rumput laut itu hingga sampai ke Pulau Roon.

Untuk melakukan pelatihan budidaya rumput laut, Lembaga ini mendatangkan dua orang instruktur warga, yaitu Yoseph Elsoin (62) dan Fade Tabalubun (47). Keduanya warga Tanimbar Kei, Maluku Tenggara. Keduanya berpengalaman dalam pengembangan rumput laut katoni.

Pilihan instruktur asal warga dinilai lebih mengena. Alasannya warga lokal akan lebih mudah memahami penjelasan jika disampaikan oleh sesama warga.

Pelatihan pun dirancang dengan sedikit teori, selebihnya praktik menanam rumput laut di pesisir.

“Untuk menanam rumput laut, kita harus memperhatikan wilayah setempat. Pasang surutnya, substrat dasar, potensi predator seperti penyu dan ikan-ikan karang, hingga memilih lokasi yang bukan wilayah muara sungai,” jelas Fade, instruktur asal Tanimbar Kei menerangkan kepada warga lokal.

Fade juga menjelaskan tentang penyakit ais-ais (ice-ice), -sejenis infeksi batang yang kerap menyerang rumput laut. Jika terkena penyakit ini maka akan muncul warna putih seperti es pada thallus (tubuh rumput laut). Apabila didiamkan, ais-ais akan menyebar ke kelompok rumput laut lainnya.

“Untuk penanganan ais-ais, batang yang terserang perlu di potong. Tetapi potongannya jangan dibuang ke laut, nanti bisa menulari yang lain,” lanjut Fade.

Dari pengalaman, dia optimis rumput laut yang dikembangkan wilayah kampung-kampung di Distrik Yende bakal berhasil. “Perairan di sini lebih subur dari kami punya kampung di Tanimbar Kei. Asal dirawat pasti berhasil,” imbuhnya.

Katoni adalah jenis rumput laut yang telah banyak dibudidayakan oleh masyarakat pesisir di Indonesia. Umumnya jenis E. cottoni ini memerlukan penetrasi sinar matahari yang cukup untuk proses fotosintesis agar dapat bertumbuh subur.

Maulana et al (2023) menyebutkan pertumbuhan harian tertinggi katoni berada pada kedalaman 30 cm dengan pertambahan berat rumput laut dapat mencapai 4,21 g/hari. Adapun, suhu, salinitas, pH, fosfat, kedalaman, dan kecerahan pun berkorelasi kuat terhadap pertumbuhan rumput laut.

Jenis rumput laut ini juga turut berperan sebagai indikator yang baik untuk mengetahui pencemaran logam berat. Menurut Komariyah et al (2019), jenis rumput laut ini mampu menyerap hingga 3% dari konsentrasi timbal (Pb) yang terakumulasi dalam lingkungan perairan.

Rumput laut juga dikenal sebagai produksi pangan bergizi yang punya kandungan aktivitas antioksidan dan serat yang cukup baik.

Tali yang disiapkan untuk menjadi gantungan bagi rumput laut yang akan ditanam. Foto” Donny Iqbal/Mongabay Indonesia
“Ini juga bagian dari pengembangan strategi blue economy,” ujar Ramses. Dia bilang dengan waktu panen sekitar 40-50 hari, maka rumput laut amat berpotensi untuk menjadi produk yang dapat dikembangkan untuk ketahanan pangan.

Selain itu, dengan budidaya rumput laut yang intensif di masa depan, maka warga harus mempertahankan perairan yang sehat dan bebas pencemaran. Pengalaman Yoseph di Tanimbar Kei, dia bilang budidaya rumput laut akan memicu masyarakat untuk tetap menjaga kebersihan, dan tidak membuang pencemar dan polutan di lingkungan perairan.

“Bahkan di kampung kami di Tanimbar Kei, sekarang susah cari botol-botol plastik. Dulu banyak yang buang, sekarang orang rebut cari,” ungkapnya.

Botol-botol kemasan air mineral digunakan sebagai pelampung untuk mendinamisir naik turunnya tali yang mengikat bentang rumput laut pada kolom air saat pasang surut.

Yoseph sendiri sudah membudidayakan rumput laut katoni lebih dari 20 tahun, dan jadi salah satu pelopor pembudidayaan rumput laut di kampungnya, Tanimbar Kei. Dia sadar, rumput laut dapat mengubah ekonomi rumah tangganya.

“Saya sadar tidak akan bisa melaut dan mencari ikan ke laut di usia senja. Rumput laut beda, dia bisa di tanam di perairan depan kampung. Sangat mudah penanganannya, asal mau tekun,” sebutnya.

Kepeloporan dalam Membangun Ekonomi Pesisir
David Waropen (31) adalah pemuda lokal asli Niap. Meski sekarang dia lebih banyak menghabiskan waktu di Wasior, Ibukota Kabupaten Teluk Wondama, tetapi dia masih punya keterikatan erat dengan kampung halamannya.

“Kampung Niap dan kampung-kampung lainnya di Distrik Roon ini punya peluang jika mampu mengembangkan rumput laut,” sebutnya.

Selepas pandemi COVID10, David mengidentifikasi warga masyarakat yang masih mau mengembangkan rumput laut, lepas dari trauma kegagalan mencari pasar rumput laut di masa lalu.

Orang-orang yang bersedia bergabung dia catat. Gayung kemudian bersambut saat LMMA memiliki program budidaya rumput laut. Jejaring warga lalu dibangun, David percaya butuh kepeloporan dalam mengubah nasib ekonomi kampung lewat rumput laut.

Yoseph juga menyebut kepeloporan itu penting. Dia masih ingat, jika dulu sedikit orang yang mau menanam rumput laut di kampungnya di Tanimbar Kei. Lambat laun, saat peluang pasar terbuka, banyak orang yang mengikuti langkah mereka.

Dia mengalami saat-saat dimana harga rumput laut Rp 2.000/kg kering, kemudian meloncat hingga Rp 25.000/kg kering. “Sekarang rata-rata diangka Rp12.000/kg kering.”

Menurut Yoseph dengan membudidayakan rumput laut, dia memiliki cash flow pengaturan harian keluarga. Hasil dari rumput laut sebutnya cukup untuk membeli beras, lauk pauk hingga kebutuhan keluarga lain. Panen rumput laut pun dapat diatur, jelasnya.

“Dulu saya cari ikan bisa berhari-hari di laut, memang hasil bisa besar sampai Rp 10 juta, tapi pengeluaran operasional juga besar bisa sampai Rp 8 juta. Dengan rumput laut, ekonomi bisa lebih stabil. Kita pun tidak perlu payah-payah pergi jauh melaut,” ujarnya.

Terlebih selain budidaya rumput laut, Yoseph juga masih punya hasil kebun seperti keladi, ubi jalar, dan tanaman sayur-sayuran yang bisa dia dan keluarganya konsumsi.

Bagi David, budidaya rumput laut ini bukan hanya sekedar mimpi, tapi peluang yang bisa terwujud.

“Mimpi saya 10 tahun lagi, warga Distrik Roon bisa sejahtera dengan rumput laut. Hal terpenting masyarakat percaya bahwa mereka bisa berubah,” pungkasnya.
 
 
 
More Berita
 
1 . Pemprov Sulsel Salurkan 141 Ton Bibit Rumput Laut dan 117 Ribu Pelampung untuk Petani di Luwu Raya
  Kamis, 11 Sep 2025-https://sulselprov.go.id/ - Terbaca 14 x
2 . Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama Rantai Pasok Rumput Laut Sulawesi Selatan
  Kamis, 04 Sep 2025-Irna Aswanti Ibrahim - Terbaca 82 x
3 . Budidaya Rumput Laut Cottonii
  Selasa, 26 Aug 2025-Irna Aswanti Ibrahim - Terbaca 136 x
4 . Magang Studi Lapang Manajemen Sumberdaya Perairan UNHAS
  Jumat, 22 Aug 2025-Irna Aswanti Ibrahim - Terbaca 153 x
5 . Wujudkan Takalar Unggul, CV POSKO JASUDA Ikut Sosialisasi Fasilitas Penanaman Modal
  Sabtu, 16 Aug 2025-Irna Aswanti Ibrahim - Terbaca 159 x
6 . Webinar TSIN - GQSP Indonesia : Pesona Ulva spp, Pengembangan dan Pemanfaatannya
  Jumat, 01 Aug 2025-Irna Aswanti Ibrahim - Terbaca 225 x
7 . CV POSKO JASUDA: Solusi Pengiriman Sampel Rumput Laut untuk Riset dan Industri
  Jumat, 11 Jul 2025-Irna Aswanti Ibrahim - Terbaca 274 x
 
 
 
More Litbang
 
1 . Kukis Seaweed Kenari
  Kamis, 11 Sep 2025 - https://cookpad.com/ - Terbaca 10 x
2 . Cara Membuat Nori Mudah di Rumah, Bisa Jadi Usaha!
  Senin, 01 Sep 2025 - https://seaweednetwork.id/ - Terbaca 114 x
3 . Raih Hibah BRIN, Tim UAD Diversifikasi Produk Rumput Laut Merah Bernilai Halal dan Sehat
  Jumat, 04 Jul 2025 - https://lldikti5.kemdikbud.go.id/ - Terbaca 335 x
4 . Tips Bikin Agar-Agar Rumput Laut yang Enak
  Selasa, 22 Apr 2025 - https://www.rri.co.id/ - Terbaca 613 x
5 . Martabak Rumput Laut Daun Kelor
  Senin, 14 Apr 2025 - https://cookpad.com/ - Terbaca 572 x
6 . Resep Ayam Gulung Nori Renyah: Camilan Lezat untuk Akhir Pekan
  Selasa, 08 Apr 2025 - https://food.indozone.id/ - Terbaca 671 x
7 . Dodol Rumput Laut
  Selasa, 25 Mar 2025 - https://sipaku.disparbud.garutkab.go.id/ - Terbaca 893 x
 
 
Untitled Document
 
 
 
 
Team JaSuDa
Kerjasama Kami
Mitra Kami
Cara Pesan Produk
Berita | Litbang
Terminal JaSuDa
Amarta Project
Info Harga RL
Galeri Photo
 
 
Statistik Website
Visitors 1,531,594  Kali
Member JaSuDa 10,717 Org
Buku Promosi 809  lihat
Konsultasi Online 2764  lihat
 
Jl Politeknik 14 Pintu Nol Unhas Tamalanrea Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia
 
 
 
PT. JARINGAN SUMBER DAYA (JaSuDa.nET)
All Rights Reserved. Created 2005, Revised 2022. Hosted IDW
Asosiasi dengan SiPlanet Foundation dan Afiliasi dengan Posko UKM JaSuDa
Developed by Irsyadi Siradjuddin