
Kabupaten Berau memiliki potensi besar di sektor perikanan, khususnya komoditas rumput laut. Namun, pengembangan budidayanya masih terfokus di satu wilayah. Yaitu Kampung Karangan di Kecamatan Biatan, yang dikenal sebagai sentra utama produksi.
Dinas Perikanan Berau mencatat, sepanjang 2023 Karangan menyumbang sekitar 42.500 ton rumput laut. Dominasi kampung ini membuat pemerintah provinsi turut memberi perhatian, termasuk melalui bantuan bibit dari Pemprov Kalimantan Timur.
Pengendali Hama dan Penyakit Ikan Dinas Perikanan Berau, Dadang Sutikno mengatakan meski potensi perairan Berau luas dan mendukung pengembangan sektor tersebut, perluasan budidaya ke wilayah lain belum menunjukkan tren kemajuan. Dirinya menyebut sejumlah kendala masih menghambat pengembangan di luar Karangan.
“Secara teknis banyak wilayah di Berau cocok untuk budidaya rumput laut. Tapi minat masyarakat belum tumbuh merata,” ujar Dadang, Jumat 28 November 2025. Salah satu persoalan yang turut mempengaruhi rendahnya minat warga adalah gangguan hama. Keberadaan penyu, kata Dadang, menjadi ancaman nyata karena menjadikan rumput laut sebagai pakan alami.
“Hama seperti penyu itu sangat sering menyerang. Di beberapa lokasi intensitasnya tinggi sekali, sehingga aktivitas budidaya sulit dipertahankan,” ucapnya. Lebih lanjut, Dadang mencontohkan Tanjung Batu, yang sebelumnya sempat diupayakan menjadi kawasan budidaya baru. Namun, kegiatan tersebut terhenti setelah serangan hama berulang kali menimbulkan kerusakan.
Selain hama, ketersediaan infrastruktur pendukung juga belum merata di beberapa kampung pesisir. Pemkab Berau, kata Dadang, tengah menyiapkan langkah penguatan melalui kerja sama dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Kalimantan Timur.
“Kami juga bersama DKP Kaltim sudah bekerjasama untuk melakukan pengecekan lokasi budidaya di Kampung Karangan, sebagai persiapan pemberian bantuan,” jelasnya. Menurutnya, kondisi perairan menjadi faktor penentu keberhasilan budidaya. Perairan yang jernih dinilai lebih ideal untuk pertumbuhan, dengan siklus panen yang bisa berlangsung setiap tiga hingga empat bulan. “Siklus panennya relatif cepat. Tapi ada kalanya petani menyesuaikan jadwal panen dengan kedatangan investor atau pembeli yang mengambil hasilnya,” katanya.