Untitled Document
Kamis , 11 September 2025 | L O G I N |    
  home kami produk jasa berita infoharga komunitas galery transaksi  
Untitled Document
   
M e d i a  
Berita
Litbang
Publikasi
Terminal JaSuDa
Amarta Project
Port Data
 
   
 
 
 
Berita / Litbang
 
 
 
Kulit Buaya dari Gorontalo
Selasa, 07 Apr 2009 - Sumber: Saipul Rapi - Terbaca 5889 x - Baca: 11 Sep 2025
 
“Bibit” Maumere (Kappaphycus alvarezii) yang didatangkan kepada petani rumput laut di dusun Mattoanging, Bantaeng saat ini sudah menyebar sangat luas. Hampir seluruh petani rumput laut di empat kabupaten penghasil utama rumput laut cottonii di Sulawesi Selatan sudah membudidayakan jenis ini. “Bibit” ini menggantikan keunggulan dari “bibit” local sebelumnya. Batang yang lebih besar dan lebih tahan patah akibat terjangan ombak menajadi salah satu alasan keunggulan bibit ini, selain itu “bibit” ini relatif lebih tahan terhadap penyakit dibandingkan dengan “bibit” local.

“Bibit” Maumere yang asalnya dari Philipina lebih popular dikenal ditempat asalnya sebagai jenis tambalang. Petani di Sulawesi Selatan lebih mengenal jenis ini dengan nama Maumere, karena awalnya “bibit” tersebut dibawa dari Maumere. Di beberapa tempat lain “bibit” ini juga disebut dengan bibit Bangkok “besar’ dikarenakan batang “thallus” berukuran lebih besar terutama dimusim hujan.

Lain lagi dengan petani rumput laut di Gorontalo, khususnya di Kwandang dan Anggrek dimana mereka mempunyai “bibit” sendiri yang jenisnya agak berbeda dengan jenis rumput laut yang dibudidayakan di Indonesia. Petani setempat menyebutnya dengan nama “kulit buaya” dikarenakan thallusnya berduri yang durinya lebih pendek dibandingkan dengan jenis spinosum (Eucheuma denticulatum). Duri-durinya “bump’ akan lebih jelas terlihat dimusim panas dan hampir tidak muncul pada saat musim hujan serta warnanya coklat-merah.

Beberpa petani Gorontalo sudah pernah mencoba “bibit” Maumere di lokasi dimana mereka membudidayakan jenis kulit buaya, para petani melaporkan bahwa “bibit” Maumere tidak begitu tahan terhadap hama “wereng” sehingga mereka tetap membudidayakan jenis kulit buaya. Namun demikian, menurut Pak Rustam Naue, salah seorang petani dari Tolango, Anggrek bahwa factor kesuksesan betani rumput laut lebih banyak dipengaruhi dari faktor kerajinan petani dalam pemeliharaan.

Para petani di Gorontalo tidak mengetahui dengan pasti dari mana asalnya bibit tersebut. Pak Kamaruddin Pomanto petani dari Desa Tolongio, Anggrek yang sudah melakoni budidaya sejak tahun awal 90an mengatakan bahwa kemungkinan bibit itu hanyut dibawa arus dan dibudidayakan di daearahnya.

“Bibit” ini hanya banyak ditemukan di Kecamatan Anggrek dan Kwandang dan masih kurang ditemukan di daerah lain di perairan Gorontalo. Sejak bulan Mei 2008 bibit ini juga telah dibudidayakan di desa Bonto Ujung, Jeneponto yang dikembangkan oleh Paletteri Dg Lewa. Menurut Dg Lewa “bibit” ini lebih tahan dibandingkan dengan “bibit” Maumere terutama terhadap iklim yang lebih ekstrim. Selanjutnya Dg Lewa juga mengatakan bahwa “bibit” Maumere yang selama ini dibudidayakannya sudah rontok namun, kulit buaya ini masih bertumbuh dengan baik. Saat ini Dg lewa sudah mengembangkannya menajadi 500 tali ris. Dia juga sudah memberikan kepada beberapa petani lain di daerahnya.

“Bibit” kulit buaya juga sedang dicoba untuk dikembangkan di Teluk Lemito, Gorontalo yang berjarak 250 km dari daerah asalnya. “Bibit” ini dapat tumbuh dengan baik dan lebih tahan terhadap hama poliosiphonia yang oleh petani setempat menyebutnya sebagai “wereng”. Hama ini merupakan hama yang paling ditakuti oleh petani Lemito, Gorontalo. Bentuk fisik dari hama ini berupa tumbuhan dengan batang halus seperti rambut berwarna putih yang tumbuh menempel pada batang rumput laut dan prinsip makanannya sama dengan tanaman benalu. Rumput laut yang terserang wereng ini dipastikan akan terganggu pertumbuhannya sehingga langkah yang terbaik untuk mengatasinya ialah dengan memanennya dan mengganti dengan bibit yang bebas “wereng” dan sehat.

Hasil test sampel “kulit buaya” yang diuji oleh CPKelco di Cebu and PT. Indogum di Jakarta menunjukkan bahwa yield (kandungan karagenan) mencapai kisaran 30% dan kekuatan gel mencapai 821-956 cm2 . Kedua nilai indicator ini berada di atas nilai rata-rata yield dan kekuatan gel (gel strength) rumput laut jenis cottonii lainnya. Pada umumnya standar yield cottonii dikisaran 25-27 dan kekuatan gel-nya di kisaran 600 cm2. jika jenis “kulit buaya” bisa dikembangkan dengan baik, maka jenis kulit buaya bisa menjadi salah satu bibit unggul asal Indonesia.

Pada umumnya bibit rumput laut yang dikembangkan Indonesia adalah bibit yang berasala dari Pilipina seperti Maumere. Selama ini bibit asli Indoneisa yang berkembang dengan baik adalah jenis Spinosum. “Bibit” ini memang mempunyai pertumbuhan yang bagus dan lebih cepat bahkan sangat tahan dengan kondisi alam yang lebih ekstrim. Namun, karena perminataan pasar yang sangat terbatas menyebabkan “bibit” ini kurang diminiti petani.

Selain “bibit” Spinosum, tanaman asli Indonesia lainnya adalah “bibit” cottonii varietas Sumba. “Bibit” ini berasal dari Pulau Sumba, NTT. Selain di budidayakan di Sumba, “bibit” ini juga banyak dibudidayakan di Sumenep, Madura.
 
 
 
More Berita
 
1 . Pemprov Sulsel Salurkan 141 Ton Bibit Rumput Laut dan 117 Ribu Pelampung untuk Petani di Luwu Raya
  Kamis, 11 Sep 2025-https://sulselprov.go.id/ - Terbaca 13 x
2 . Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama Rantai Pasok Rumput Laut Sulawesi Selatan
  Kamis, 04 Sep 2025-Irna Aswanti Ibrahim - Terbaca 81 x
3 . Setelah Pernah Gagal, Kembali Menggantung Asa pada Budidaya Rumput Laut di Pulau Roon
  Senin, 01 Sep 2025-https://mongabay.co.id/ - Terbaca 108 x
4 . Budidaya Rumput Laut Cottonii
  Selasa, 26 Aug 2025-Irna Aswanti Ibrahim - Terbaca 136 x
5 . Magang Studi Lapang Manajemen Sumberdaya Perairan UNHAS
  Jumat, 22 Aug 2025-Irna Aswanti Ibrahim - Terbaca 153 x
6 . Wujudkan Takalar Unggul, CV POSKO JASUDA Ikut Sosialisasi Fasilitas Penanaman Modal
  Sabtu, 16 Aug 2025-Irna Aswanti Ibrahim - Terbaca 159 x
7 . Webinar TSIN - GQSP Indonesia : Pesona Ulva spp, Pengembangan dan Pemanfaatannya
  Jumat, 01 Aug 2025-Irna Aswanti Ibrahim - Terbaca 224 x
 
 
 
More Litbang
 
1 . Kukis Seaweed Kenari
  Kamis, 11 Sep 2025 - https://cookpad.com/ - Terbaca 7 x
2 . Cara Membuat Nori Mudah di Rumah, Bisa Jadi Usaha!
  Senin, 01 Sep 2025 - https://seaweednetwork.id/ - Terbaca 113 x
3 . Raih Hibah BRIN, Tim UAD Diversifikasi Produk Rumput Laut Merah Bernilai Halal dan Sehat
  Jumat, 04 Jul 2025 - https://lldikti5.kemdikbud.go.id/ - Terbaca 334 x
4 . Tips Bikin Agar-Agar Rumput Laut yang Enak
  Selasa, 22 Apr 2025 - https://www.rri.co.id/ - Terbaca 613 x
5 . Martabak Rumput Laut Daun Kelor
  Senin, 14 Apr 2025 - https://cookpad.com/ - Terbaca 572 x
6 . Resep Ayam Gulung Nori Renyah: Camilan Lezat untuk Akhir Pekan
  Selasa, 08 Apr 2025 - https://food.indozone.id/ - Terbaca 669 x
7 . Dodol Rumput Laut
  Selasa, 25 Mar 2025 - https://sipaku.disparbud.garutkab.go.id/ - Terbaca 892 x
 
 
Untitled Document
 
 
 
 
Team JaSuDa
Kerjasama Kami
Mitra Kami
Cara Pesan Produk
Berita | Litbang
Terminal JaSuDa
Amarta Project
Info Harga RL
Galeri Photo
 
 
Statistik Website
Visitors 1,531,568  Kali
Member JaSuDa 10,717 Org
Buku Promosi 809  lihat
Konsultasi Online 2764  lihat
 
Jl Politeknik 14 Pintu Nol Unhas Tamalanrea Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia
 
 
 
PT. JARINGAN SUMBER DAYA (JaSuDa.nET)
All Rights Reserved. Created 2005, Revised 2022. Hosted IDW
Asosiasi dengan SiPlanet Foundation dan Afiliasi dengan Posko UKM JaSuDa
Developed by Irsyadi Siradjuddin